Bertempat di gedung SD Negeri Rancaerang,Kelompok Kerja Kepala Sekolah Bermutu Kecamatan Tegalbuleud telah sering menerima materi dari DCT,salah satu materi yang diserap adalah : " Penilaian Kinerja Guru ".
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja Guru
Guru merupakan profesi profesional di mana ia dituntut untuk
berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan
pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya
dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi
keberhasilan pendidikan. Simamora (2002:423) memberi batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris,
performance atau job
performance tetapi dalam
bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja.
Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau
prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu.
Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin
dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di
atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah
melakukan pekerjaan. Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam Sedarmayanti
(2001:50) mengemukakan, performance diterjemahkan menjadi
kinerja, juga berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau
hasil kerja/unjuk kerja/penampilan kerja. Sedang August W. Smith dalam kutipan
Sedarmayanti menyatakan bahwa performance atau kinerja adalah “…. Output drive from processes, human or otherwise”, jadi dikatakannya bahwa kinerja merupakan
hasil atau keluaran dari suatu proses. Bernardin dan Rusel dalam
Rucky (2002:15) memberikan definisi tentang performance sebagai
berikut : “Performance is defined as the
record of autcomes
produced on a specified job function or activity
during a specified time period “ (prestasi adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari
fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu
tertentu). Fremont E. Kast dan James E. Rosenzweig memberikan konsep umum tentang prestasi adalah :
Prestasi = f (kesanggupan, usaha dan kesempatan)
Persamaan ini menampilkan faktor atau variabel pokok yang
menghasilkan prestasi, mereka adalah masukan (inputs) yang
jika digabung, akan menentukan hasil usaha perorangan dan kelompok. Kesanggupan (ability)
adalah fungsi dari pengetahuan dan skill manusia dan kemampuan teknologi. Ia
memberikan indikasi tentang berbagai kemungkinan prestasi. Usaha (effort)
adalah fungsi dari
kebutuhan, sasaran, harapan dan imbalan. Besar kemampuan
terpendam manusia yang dapat direalisir itu bergantung pada tingkat motivasi
individu dan atau kelompok untuk mencurahkan usaha fisik dan mentalnya. Tetapi tak
akan ada yang terjadi sebelum manajer memberikan kesempatan (opportunity)
kesanggupan dan usaha individu untuk dipakai dengan cara-cara yang
bermakna.
Prestasi organisasi adalah hasil dari sukses individu dan
kelompok dalam mencapai sasaran yang relevan.
Prestasi kerja adalah sesuatu yang dikerjakan atau produk atau
jasa yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok, bagaimana mutu kerja,ketelitian
dan kerapian kerja, penugasan dan bidang kerja, penggunaan dan pemeliharaan peralatan, inisiatif dan kreativitas, disiplin, dan semangat
kerja (kejujuran, loyalitas, rasa kesatuan dan tanggung jawab serta hubungan antar
pribadi). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prestasi kerja merupakan
sejumlah output dari outcomes yang
dihasilkan suatu kelompok atau organisasi tertentu baik yang berbentuk materi (kuantitatif) maupun yang berbentuk
nonmateri (kualitatif).
Pada organisasi atau unit kerja di mana input dapat
teridentifikasi secara individu dalam bentuk kuantitas misalnya pabrik jamu, indikator kinerja
pekerjaannya dapat diukur dengan mudah, yaitu banyaknya output yang dicapai
dalam kurun waktu tertentu. Namun untuk unit kerja kelompok atau tim,
kinerja tersebut agak sulit, dalam hubungan ini Simamora (2001:423) mengemukakan bahwa
kinerja dapat dilihat dari indiktor-indikator sebagai berikut : 1)
keputusan terhadap segala
aturan yang telah ditetapkan organisasi, 2) Dapat melaksanakan
pekerjaan atau tugasnya tanpa kesalahan (atau dengan tingkat kesalahan yang
paling rendah), 3) Ketepatan dalam menjalankan tugas Ukuran kinerja secara umum yang kemudian diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar meliputi: (1) mutu kerja; (2)
kuantitas kerja; (3) pengetahuan tentang pekerjaan; (4) pendapat atau pernyataan
yang disampaikan; (5) keputusan yang diambil; (6) perencanaan kerja;
(7) daerah organisasi kerja.
Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi.
Sehubungan dengan itu maka upaya untuk mengadakan penilaian kinerja
merupakan hal yang sangat penting.
Hasibuan (1999:126) menjelaskan kinerja mempunyai hubungan yang
erat dengan masalah produktivitas, karena merupakan indikator dalam
menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi
dalam suatu organisasi. Hasibuan menyatakan bahwa produktivitas adalah
perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input). T.R. Mitchell dalam
Sedarmayanti (2001:51), menyatakan bahwa kinerja meliputi
beberapa aspek yaitu : 1) Quality
of Work, 2) Promptness, 3) Initiative, 4) capability, dan 5) communication yang
dijadikan ukuran dalam mengadakan pengkajian tingkat kinerja seseorang. Di samping itu pengukuran kinerja juga
ditetapkan : performance = Ability x motivation. Jadi dari pernyataan tersebut, telah jelas bahwa untuk mendapatkan gambaran tentang kinerja seseorang, maka
perlu pengkajian khusus tentang kemampuan dan motivasi. Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang diakui
bahwa banyak orang mampu tetapi tidak mau sehingga tetap tidak
menghasilkan kinerja.Demikian pula halnya banyak orang mau tetapi tidak mampu juga
tetap tidak
menghasilkan kinerja apa-apa.
b. Evaluasi Kinerja
Pengertian evaluasi diartikan sebagai perbedaan apa yang ada
dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Sedang
menurut Ralph Tyler dalam Farida (2000:3), evaluasi ialah proses yang menentukan
sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Menurut Cronbach dalam Faroda
(2000:3), evaluasi adalah menyediakan informasi untuk membuat keputusan.
Akhir-akhir ini telah dicapai sejumlah konsesus antara evaluator tentang arti
evaluasi, antara lain penilaian atas manfaat atau guna. Kesimpulannya yang dimaksud
dengan evaluasi adalah penilaian yang sistematik atau yang teratur tentang
manfaat dari beberapa obyek. Obyek di sini berupa siswa atau mahasiswa atau
guru/dosen, yang lainnya.
Selanjutnya Farida menjelaskan bahwa evaluasi dapat mempunyai
dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dapat dipakai untuk
perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang,
produk, dan sebaginya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk
pertanggungjawaban,
keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya
membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan
program pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah pengetahuan dan
dukungan dari mereka yang terlibat. Evaluasi yang baik adalah yang
memberikan dampak positif pada perkembangan program. Jadi jika Kepala Sekolah
melakukan evaluasi terhadap guru, maka hasilnya akan membawa perubahan yang
baik/positif bagi guru, sekolah maupun kepada siswa. Untuk itu perlu diberikan
standar yang paling komprehensif di dalam pelaksanaan evaluasi di dunia
pendididikan sebagaimana dikembangkan oleh Comitte
on Standard for Educational
Evaluation, yaitu
: a) Utility (bermanfaat dan praktis), b) Accuracy
(secara teknik tepat), Feasibility
(realistik dan teliti), dan properly (dilakukan
dengan legal dan etik).
Handoko (1992:785) mendefinisikan penilaian kinerja atau
prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atamenilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi
keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan
tentanpelaksanaan kerja mereka. Adapun kegunaan penilaian kinerja
adalah sebagai berikut:
1. Mendorong orang atau pun karyawan agar berperilaku positif
atau memperbaiki tindakan mereka
yang di bawah standar;
2. Sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan
tersebut telah bekerja dengan baik;
dan
3. Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan
peningkatan organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja
karyawan. Apabilpenilaian prestasi kerja dilaksanakan
dengan baik, tertib, dan
benar akan dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat
meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya, dan
apabila ini terjadi
akan menguntungkan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu
penilaian kinerja perlu dilakukan secara formal dengan kriteria-kriteria yang
telah ditetapkan oleh organisasi secara obyektif.
Simamora (1999:415) mendefinisikan penilaian kinerja adalah alat
yang berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para
karyawan, tetapi juga untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan.
Dalam penilaian kinerja tidak hanya semata-mata menilai hasil
fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut
berbagai bidang seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau
hal-hal khusus sesuai bidang tugasnya semuanya layak untuk dinilai.
Ruky (2001;203) memberikan gambaran tentang faktor-faktor
penilaian prestasi kerja yang berorientasi pada Individu yaitu : 1)
pengabdian, 2) kejujuran, 3) kesetiaan, 4) prakarsa, 5) kemauan bekerja, 6) kerajasama, 7)
prestasi kerja, 8) pengembangan, 9) tanggung jawab, dan 10) disiplin kerja.
Unsur-unsur yang dinilai oleh manajer terhadap para karyawannya, merujuk Hasibuan (1999:95) yang meliputi :1). Kesetiaan, Penilai
mengukur kesetiaan karyawan terhadap pekerjaannya, jabatannya, dan
organisasi. Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang yag tidak
bertanggung jawab.2). Prestasi kerja, Penilai menilai hasil kerja baik mutu
maupun kuantitas yang dapat dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya,
3). Kejujuran, Penilaian menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya
memenuhi perjanjian baik bagi dirinya maupun terhadap orang lain seperti
kepada para bawahannya, 4). Kedisiplinan, Penilai menilai disiplin karyawan
dalam mematuh peraturan-peraturan yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai
dengan instruksi yang diberikan kepadanya, 5) Kreativitas. Penilai
menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja lebih berdaya guna dan berhasil
guna, 6).Kerjasama. Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan
bekerjasama dengan karyawan lainnya secara vertikal atau horizontal di dalam
maupun di luar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik, 7).
Kepemimpinan. Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai pribadi
yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat memotivasi orang lain atau
bawahannya untuk bekerja secara efektif, 8). Kepribadian. Penilai menilai
karyawan dari sikap perilaku, kesopanan, periang, disukai, memberi kesan
menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik, serta berpenampilan simpatik dan
wajar, 9).
Prakarsa. Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan
berdasarkan inisiatif sendiri sendiri untuk menganalisis, menilai,
menciptakan, memberikan alasan, mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan
penyelesaian masalah yang dihadapinya, 10) Kecakapan. Penilai menilai kecakapan
karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan kebijaksanaan dan di dalam situasi
manajemen, 11) Tanggung jawab. Penilai menilai kesedian karyawan dalam memper tanggungjawabkan kebijaksanaannya, pekerjan, dan hasil kerjanya,
sarana dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya. Sementara itu Bernardin dan Rusel dalam Rucky (2000:340),mengemukakan enam kriteria primer yang dapat digunakan untuk
mengukur prestasi kerja karyawan, yaitu: (1) Quality, merupakan
tingkat sejauh mana proses atau hasil pelaksanaan pekerjaan mendekati kesernpurnaan atau
mendekati tujuan yang diharapkan, (2) Quantity,
merupakan jumlah yang dihasilkan, misalnya jumlah rupiah, jumlah unit atau jumlah siklus kegiatan yang
diselesaikan, (3)
Timeliness, merupakan
lamanya suatu kegiatan diselesaikan pada waktu yang dikehendaki, dengan memperhatikan jumlah output lain serta waktu
yang tersedia untuk kegiatan lain. (4)
Cost effectiveness, besarnya penggunaan sumber daya organisasi guna mencapai hasil yang maksimal atau pengurangan
kerugian pada setiap unit penggunaan sumberdaya, (5) Need for supervision, kemampuan karyawan untuk dapat melaksanakan fungsi pekerjaan tanpa
memerlukan pengawasan seorang supervisor untuk mencegah tindakan yang tidak
diinginkan, (6) Interpersonal impact, kemampuan seorang karyawan untuk memelihara harga diri, nama baik dan kemampuan bekerjasama diantara rekan kerja
dan bawahan.
Unsur prestasi karyawan yang dinilai oleh setiap organisasi atau perusahan tidaklah selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur
yang dinilai itu mencakup seperti hal-hal di atas. Unsur tersebut di atas biasa
bagi guru yang menjadi pegawai negeri sipil digunakan untuk penilaian
kepegawaian guru oleh atasan yang dituangkan dalam DP3 (Daftar penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan). Di
mana setiap tahun guru dinilai oleh atasan (Kepala Sekolah)
sebagai penilaian rutin kepegawaian. Penilaian ini hanya berhubungan dengan
kepegawaian sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan mengenai kinerja (prestasi
kerja) kita mengkaji secara khusus yang berkaitan dengan profesi guru dengan tugas
utamanya sebagai pengajar, bukan menilainya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).Dalam melaksanakan tugasnya guru tidak berada dalam lingkungan
yang kosong. Ia bagian dari dari sebuah “mesin besar” pendidikan
nasional, dan karena
itu ia terikat pada rambu-rambu yang telah ditetapkan secara
nasional mengenai
apa yang mesti dilakukannya. Hal seperti biasa dimanapun, namun
dalam konteks profesionalisme guru dimana mengajar dianggap sebagai pekerjan
profesional,maka guru dituntut untuk profesional dalam melaksanakan
tugasnya.Jika kinerja adalah kuantitas dan mutu pekerjaan yang
diselesaikan oleh individu, maka kinerja merupakan output pelaksanaan tugas.
Kinerja untuk tenaga guru umumnya dapat diukur melalui: (1) kemampuan membuat rencana
pelajaran;(2) kemampuan melaksanakan rencana pelajaran; (3) kemampuan
melaksanakan evaluasi; (4) kemampuan menindaklanjuti hasil evaluasi.
Makin kuatnya tuntutan akan profesionalisme guru bukan hanya berlangsung di Indonesia, melainkan di negara-negara maju.
Misalnya, di Amerika Serikat isu tentang profesionalisasi guru ramai
dibicarakan mulai pertengahan tahun 1980-an. Hal itu masih berlangsung hingga
sekarang.
Dalam jurnal pendidikan yang dikutip oleh Dedi Supriadi
(1999:98),Educational Leadership edisi 1993 menurunkan laporan utama tentang soal ini.Menurut jurnal itu untuk menjadi profesional, seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal :
Pertama, guru
mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya.Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada
kepentingan siswa.
Kedua, guru
menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi
guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Ketiga, guru
bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku
siswa sampai tes hasil belajar.
Keempat, guru
mampu berpikir sistematis tentang apa apa yang akan dilakukannya , dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus
selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa
yang dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu
mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar
siswa
Kelima, guru
seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di Indonesia adalah
PGRI dan organisasi profesi lainnya.
Ciri di atas terasa amat sederhana dan pragmatis. Namun justru kesederhanaan akan membuat sesuatu lebih mudah dicapai. Hal ini
berbeda kalau kita bicara tentang profesionalisme guru yang cenderung ideal
dalam menetapkan kriteria dan ciri. Kita masih ingat 10 kompetensi guru
profesional yang populer di tahun 1980-an telah kita kenal sebelumnya Begitu idealnya,
sehingga sulit dicapai dan dinilai dengan kriteria yang terukur.
Djaman Satari dalam Ida Bagus Alit Ana (1994:35) mengemukakan indikator prestasi kerja guru/kinerja guru berupa mutu proses
pembelajaran yang sangat dipengaruhi oleh guru dalam:
a. Menyusun desain instruksional
b. Menguasai metode-metode mengajar dan menggunakannya sesuai
dengan sifat kegiatan belajar
murid
c. Melakukan interaksi dengan murid yang menimbulkan motivasi
yang tinggi sehingga
murid-murid merasakan kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan
d. Menguasai bahan dan menggunakan sumber belajar untuk
membangkitkan proses belajar aktif
melalui pengembangan keterampilan proses
e. Mengenal perbedaan individual murid sehingga ia mampu
memberikan bimbingan belajar
f. Menilai proses dan hasil belajar, memberikan umpan balik
kepada murid dan merancang program
belajar remedial. Achmadi (1995:50) mengemukakan pula seperangkat kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru yang profesional, yaitu:
a. Menguasai secara tuntas materi pelajaran yang diajarkannya
b. Mampu memilih dan menerapkan metode yang tepat
c. Dapat memotivasi peserta didik
d. Memiliki keterampilan sosial yang tinggi Depdikbud (1997:89) mengemukakan tujuh unsur yang merupakan
indikator prestasi kerja guru atau kinerja guru yaitu:
a. Penguasaan Landasan Kependidikan
b. Penguasaan bahan pengajaran
c. Pengelolaan Program Belajar Mengajar
d. Penggunaan Alat Pelajaran
e. Pemahaman Metode Penelitian
f.
Pemahaman Administrasi Sekolah
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan
prestasi kerja antara satu karyawan dengan karyawan, lainnya yang berada
di bawah pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat
yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar
perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (Asad, 1991:49), yaitu : faktor
individu dan situasi
kerja. Menurut Gibson, et al dalam Srimulyo (1999:39), ada tiga
perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau
kinerja, yaitu:
1) Variabel individual, terdiri dari: a. Kemampuan dan
keterampilan: mental dan fisik b. Latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian,
c. demografis: umur, asal usul, jenis kelamin.
(2) Variabel organisasional, terdiri
dari: a. sumberdaya, b.kepemimpinan, c. imbalan, d. Struktur, e. desain pekerjaan.
(3)
Variabel psikologis, terdiri dari : a. persepsi, b. sikap, c.
kepribadian, d. belajar dan e.motivasi.
Menurut Tiffin dan Mc. Cormick dalam (Srimulyo, 1999:40) ada dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:
(1) Variabel
individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan
motivasi, pengalaman,umur, jenis kelamin, pcndidikan, serta faktor individual
lainnya.
(2) Variabel situasional: a. Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode
kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik
(penyinaran,temperatur, dan fentilasi), b. Faktor sosial dan organisasi,
meliputi: peraturanperaturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan,
sistem upah dan lingkungan sosial. Dalam organisasi, termasuk organisasi
sebuah sekolah terdapat faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakefektifan
kinerja guru.
William B. Castetter dalam Sedarmayanti (2001:53-54) menyatakan
bahwa beberapa organisasi untuk mengetahui tingkat kinerja (personil
yang tidak efektif dan sumber utama kinerja yang tidak efektif adalah dengan memperhatikan/menilai beberapa faktor, diantaranya seperti tabel
1 berikut:
Beberapa Faktor Untuk Mengetahui Tingkat Kinerja
(Pegawai Yang Tidak Efektif)
Faktor Organisasi Faktor Individu Faktor Sosial
A.
SELAMA BEKERJA
-
Keterlambatan
-
Kehadiran
-
Pelatihan
-
Penurunan Produktivitas
-
Perombakan rencana
/jadwal
-
Peningkatan tanggung Jawab
kepengawasan
-
Kekeliruan dan ketidak efisienan
- Pengaruh karier
- Pengaruh kemampuan
- Pengaruh sosial
-
Ketidakpuasan klien
-
Hubungan masyarakat
-
Kredibilitas & abilitas sistem
untuk memberikan pelayanan
B.
DI LUAR PEKERJAAN
-
Kehilangan Investasi
-
Semangat
-
Rekruitmen
-
Seleksi dan penempatan
-
Kekurangan biaya
-
Perombakan rencana /jadwal
-
Kompensasai sebenarnya Pengaruh
keluarga Pengaruh psikologis mutu pelayanan pendidikan
-
Hasil gagal diperoleh sesuai
dengan standar Sumber: Sedarmayanti, Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas
Kerja, Bandung: Mandar
Maju, 2001
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja
atau prestasi kerja guru adalah keberhasilan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang bermutu. Tugas mengajar merupakan tugas utama guru
dalam sehari-hari di sekolah. Kita tidak bisa menyamakan kinerja guru
dengan kinerja pegawai/karyawan, walaupun sama-sama berkedudukan sebagai negeri
sipil.
2. Motivasi Berprestasi
a. Pengertian Motivasi Berprestasi
Sekolah merupakan organisasi yang terdiri kumpulan orang-orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Agar
kerjasama dapat berjalan baik maka semua unsur dalam organisasi terutama sumber
daya manusia harus dapat terlibat secara aktif dan memiliki dorongan untuk
bersama-sama mencapi tujuan. Pimpinan dalam hal ini berperanan penting untuk
menggerakkan bawahan termasuk juga dirinya sendiri.Agar sumber daya manusia dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi maka perlu dipahami motivasi mereka dalam
bekerja terutama untuk para guru adalah penekanan pada motivasi kerja mereka.
Pemberian motivasi kepala sekolah kepada guru maupun motivasi yang timbul
dari diri guru sendiri untuk bekerja sambil berprestasi akan mampu mencapai
kepuasan kerjanya, tercapainya kinerja organisasi yang maksimal dan
tercapainya tujuan organisasi.Menurut Arifin (2003:58), pimpinan perlu melakukan motivasi bawahannya adalah karena alasan :
1) untuk mengamati dan memahami tingkah laku bawahan;
2) mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan ; dan
3) memperhitungkan, mengawasi, dan megubah serta mengarahkan tingkah laku bawahan.
1) untuk mengamati dan memahami tingkah laku bawahan;
2) mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan ; dan
3) memperhitungkan, mengawasi, dan megubah serta mengarahkan tingkah laku bawahan.
Kata Motivasi berasal dari kata Latin “Motive” yang
berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang
menyebabkan organism itu bertindak atau berbuat. Selanjutnya diserap dalam
bahasa Inggris motivation berarti
pemberian motiv, penimbulan motiv atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.
W.H. Haynes dan J.L Massie dalam Manulang (2001:165) mengatakan “motive is a something within the individual which incities him to action”. Pengertian ini senada dengan pendapat The Liang Gie bahwa motive atau dorongan batin adalah
suatu dorongan yang menjadi pangkal seseorang untuk melakukan sesuatu atau
bekerja.
Kata motivasi atau motivation
berarti pemberian motif, penimbulan motif atau yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan
doongan.Motivasi dapat pula berarti sebagi faktor yang mendorong orang
untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Hasibuan (1996:72), motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka
mau bekerja
keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya
untuk mewujudkan tujuan organisasi.Robbins (1996:198) mendefinisikan motivasi sebagi kesediaan
untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah tujuan-tujuan
organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi sesuatu
kebutuhan individual. Menurut Wahjosumidjo (1984:50) motivasi dapat
diartikan sebagai suatu proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Proses
psikologi timbul diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang
disebut intrinsic dan extrinsic. Faktor di dalam diri seseorang bisa berupa kepribadian ,
sikap,pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang
menjangkau kemasa depan sedang faktor dari luar diri dapat ditimbulkan oleh
berbagi faktorfaktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor ekstrinsik maupun
faktor instrinsik motivasi timbul karena adanya rangsangan. Tingkah
laku bawahan dalam kehidupan organisasi pada dasarnya berorientasi pada
tugas. artinya, bahwa tingkah laku bawahan biasanya didorong oleh keinginan untuk
mencapai tujuan harus selalu diamati, diawasi, dan diarahkan dalam kerangka
pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan organisasi.
Helleriegel dan Slocum dalam
Abi Sujak (1990:249), mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi meliputi perbedaan
karakteristik individu, perbedaan karakteristik pekerjaan, dan perbedaan
karakteristiklingkungan kerja atau organisasi.
Karakteristik individu yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan
minat menimbulkan motivasi yang bervariasi, misalnya pegawai yang
mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang sebanyak-banyaknya akan bekerja
keras dengan resiko tinggi dibanding dengan pegawai yang mempunyai
motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai yang bermotivasi
untuk memperoleh prestasi.Setiap pekerjaan yang berbeda membutuhkan persyaratan
keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi dan tipe-tipe
penilaian yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang melekat pada pekerjaan itu
membutuhkan pengorganisasian dan penemapatan orang secara tepat sesuai
dengan kesiapan masing-masing pegawai. Setiap organisasi juga mempunyai
peraturan, kebijakan,sistem pemberian hadiah, dan misi yang berbeda-beda yang akan
berpengaruh pada setiap pegawainya. Jadi untuk mendorong produktivitas kerja
yang optimal maka pimpinan organisasi harus mempertimbangkan ketiga faktor
tersebut dan pengaruhnya terhadap perilaku individu.
Motivasi seseorang dipengaruhi oleh stimuli kekuatan intrinsik
yang ada pada diri seseorang/individu yang bersangkutan, stimuli
eksternal mungkin juga dapat mempengaruhi motivasi, tetapi motivasi itu sendiri
mencerminkan reaksi individu terhadap stimuli tersebut. Wahjosumidjo (1994:95)
mengatakan:“Motivasi merupakan daya dorong sebagai hasil proses interaksi
antara sikap,kebutuhan, dan persepsi bawahan dari seseorang dengan lingkungan,
motivasi
timbul diakibatkan oleh faktor dari dalam dirinya sendiri
disebut faktor intrinsik,dan faktor yang dari luar diri seseorang disebut faktor
ekstrinsik.”
Selanjutnya faktor intrinsik dapat berupa kepribadian, sikap,
pengalaman,pendidikan atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau masa
depan.Seseorang sering melakukan tindakan untuk suatu hal dalam
mencapai tujuan, maka motivasi merupakan penggerak yang mengarahkan pada
tujuan,
dan itu jarang muncul dengan sia-sia. Kata butuh, ingin, hasrat
dan penggerak semua sama dengan motive yang asalnya dari kata motivasi. Jadi
dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
motivasi adalah daya penggerak seseorang untuk melakukan tindakan
Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (1996:75).
antaralain:
1) Mendorong gairah dan semangat kerja bawahan,
2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan;
3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan;
4)Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan;
5) Meningkatkandisiplin dan menurunkan tingkatan abseni karyawan;
6) Menciptakan suasana danhubungan kerja yang baik;
7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;
1) Mendorong gairah dan semangat kerja bawahan,
2) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan;
3) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan;
4)Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan;
5) Meningkatkandisiplin dan menurunkan tingkatan abseni karyawan;
6) Menciptakan suasana danhubungan kerja yang baik;
7) Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;
8) Meningkatkan kesejahteraan karyawan;
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
Dari beberapa pengertian dan penjelasan tentang motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi itu bersifat abstrak yaitu tidak
terlihat secara kasat mata, sehingga hanya dapat diketahui melalui tingkah laku atau
perbuatan seseorang. Timbulnya motivasi karena adanya dorongan untuk
mencapai atau mewujudkan sasaran-sasran tertentu yang telah ditetapkan.
Motivasi harus memusatkan pada faktor-faktor yang menimbulkan atau mendorong
aktivitasaktivitas antara individu, faktor-faktor tersebut mencakup kebutuhan,
motif-motif, dan drive-drive. Motivasi berorientasi pada proses dan
berhubungan dengan pelaku, arah, tujuan, dan balas jasa perilaku yang diterima atas
kinerja. Dapat juga disimpulkan “Motif dan motivasi dapat mendorong, menggerakkan
aktivitas individu untuk berbuat, bekerja, mengerjakan sesuatu dalam suatu
organisasi”.
c. Teori Motivasi
Ada banyak teori motivasi dan hasil riset yang berusaha
menjelaskan tentang hubungan antara perilaku dan hasilnya. Teori-teori yang
menyangkut motivasi antara lain:
Teori Kebutuhan Maslow. Arifin (2003:63),
Abraham Maslow adalah seorang psikologi klinik. Pada tahun 1954 Ia menyatakan bahwa
manusia mempunyai pelbagai keperluan dan mencoba mendorong untuk
bergerak memenuhi keperluan tersebut. Keperluan itu wujud dalam beberapa
tahap kepentingan. Setiap manusia mempunyai keperluan untuk memenuhi
kepuasan diri dan bergerak memenuhi keperluan tersebut. Lima hierarki keperluan/kebutuhan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologi (fisiological
needs). Kebutuhan dasar untuk menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sandang , papan, dan
seks.Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya, maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia
2. Kebutuhan rasa aman (safety
needs). Kebutuhan akan terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan materi.
3. Kebutuhan akan sosialisasi (social
needs or affiliation). Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya dan
sebagai bagian dari kelompok.
4. Kebutuhan penghargaan (esteem
needs). Kebutuhan merasa dirinya berharga dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self
actualization needs), Kebutuhan untuk mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang
dicitacitakannya.Sumber : Rois Arifin, dkk, Perilaku Organisasi, (Malang: Bayu
Media, 2003)
Gambar 1 : Hierarki Kebutuhan Dari Maslow
Robbins (1989:168) menjelaskan bahwa Maslow memisahkan kelima kebutuhan sebagai order tinggi dan order-rendah, Kebutuhan
fisiologi, kebutuhan keamanan dan kebutuhan social digambarkan sebagai kebutuhan
order-rendah.Kebutuhan akan penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan order tinggi.Pembedaan antara kedua order ini berdasarkan alasan bahwa
kebutuhan order tinggi dipenuhi secara internal (di dalam diri orang itu).
sedangkan kebutuhan order rendah terutama dipenuhi secara eksternal (dengan upah,
kontrak serikat buruh, dan masa kerja, misalnya). Memang, kesimpulan yang wajar
yang ditarik dari klasifikasi Maslow adalah dalam masa-masa kemakmuran
ekonomi, hampir semua pekerja yang dipekerjakan secara permanen telah dipenuhi
sebagian besar kebutuhan order rendahnya.
Kesimpulannya bahwa teori Maslow menganggap motivasi manusia berawal dari kebutuhan dasar dan kebutuhan keselamatan dalam
kerja. Setelah hal itu tercapai barulah meningkat berusaha untuk mencapai tahap
yang lebih tinggi.
Teori Motivasi Mc. Clelland. Dalam kutipan Hasibuan (1999:162-163) Mc. Clelland mengemukkan teorinya yaitu Mc. Clelland’s Achievement Motivation Theory atau
Teori Motivasi Berprestasi Mc. Clelland. Teori ini berpendapat bahwa karyawan mempunyai cadangan energi potensial .
Bagaimana energi dilepaskan dan digunakan tergantung pada kekuatan
dorongan motivasiseseorang dan situasi serta peluang yang tersedia. Energi akan
dimanfaatkan oleh
Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Sosial
Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan Fisiologi
karyawan karena dorongan oleh :
(1) kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah :
(1) kekuatan motif dan kekuatan dasar yang terlibat, (2) harapan keberhasilannya, dan (3) nilai insentif yang terlekat pada tujuan. Hal-hal yang memotivasi seseorang adalah :
1. Kebutuhan akan prestasi (need
for achievement=n Ach), merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat bekerja seseorang. Karena
itu,Ach akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang maksimal. Karyawan akan antusias
untuk berprestasi tinggi, asalkan kemungkinan untuk itu diberi
kesempatan.Seseorang menyadari bahwa hanya dengan mencapai prestasi kerja
yang tinggi akan dapat memperoleh pendapatan yang besar. Dengan
pendapatan yang besar akhirnya memiliki serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2. Kebutuhan akan afiliasi (need
for Affiliation=n. Af) menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Oleh karena itu, n. Af ini merangsang gairah bekerja karyawan karena
setiap orang menginginkan hal-hal : kebutuhan akan perasaan diterima
oleh
orang lain di lingkungan ia tinggal dan bekerja (sense of belonging),kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa
dirinya penting (sense
of importance), kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement), dan kebutuhan akan perasaan ikut serta
(sense of participation).Seseorang karena kebutuhan n Af akan memotivasi dan
mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan
tugastugasnya.
3. Kebutuhan akan kekuasaan ( need
for Power = n Pow). Merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja karyawan. N Pow akan merangsang dan memotivasi gairah kerja karyawan serta
mengarahkan semua kemampuannya demi mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik. Ego manusia ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya
akan menimbulkan persaingan. Persaingan ditumbuhkan secara sehat oleh manajer dalam memotivasi bawahannya, supaya mereka termotivasi
untuk bekerja giat.
Kesimpulannya dari teori Mc. Clelland menyatakan bahwa ada tiga
type dasar kebutuhan motivasi yaitu kebutuhan untuk prestasi (need for Achievement),kebutuhan akan afiliasi (need
for affiliation), dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power).
Dalam memotivasi bawahan maka hendaknya pimpinan dapat menyediakan peralatan, membuat suasana pekerjaan yang kondusif,
dan kesempatan promosi bagi bawahan, agar bawahan dapat bersemangat
untuk mencapai n Ach, n Af, dan n Pow yang merupakan sarana untuk
memotivasi bawahan dalam mencapai tujuan.
Teori Harapan. Vroom
(1964) dalam kutipan Wayne dan Faules (2000:124-125), mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan
jenis pilihan yang dibuat orang untuk mencapai tujuan, alih-alih berdasarkan
kebutuhan internal. Teori harapan (expectancy
theory) memiliki tiga asumsi pokok:1) setiap individu percaya bahwa biar ia berperilaku dengan cara tertentu
ia akan memperoleh hal tententu. Ini disebut harapan hasil (outcome expectancy).
2)setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang
tertentu. Ini disebutvalensi (valence), 3) setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan
usaha (effort expectancy).
Motivasi orang dapat dijelaskan dari ketiga kombinasi ini bahwa: 1) suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, 2)
hasil tertentu punya nilai positif baginya, 3) hasil tersebut dapat dicapai dengan
usaha tyang dilakukan seseorang. Jadi motivasi dalam teori harapan adalah keputusan
untuk mencurahkan usaha.Sementara itu Nadler dan Lawler dalam kutipan Wayne dan Faules (2000:125), atas teori harapan menyarankan beberapa cara
tertentu yang memungkinkan manajer dan organisasi menangani urusan mereka
memperoleh motivasi maksimal dari pegawai : 1) pastikan jenis hasil atau
ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai, 2) definisikan secara cermat,
dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa yang diinginkan oleh
pegawai, 3)
pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai, 4)
kaitkan hasil yang diinginkan dengan tingkat kinerja yang diinginkan, 5) pastikan
bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku yang penting, dan 6) orang
berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan dari
pada orang yang berkinerja rendah.
Kesimpulannya dari teori harapan adalah bahwa anggota organisasi
akan termotivasi bila orang-orang percaya mengenai tindakan mereka
akan menghasilkan yang diinginkan, hasil mempunyai nilai positif dan
usaha yang dicurahkan akan menuai hasil.
Guru sebagai manusia pekerja juga memerlukan pemenuhan
kebutuhankebutuhan sebagaimana dikembangkan oleh Maslow, Herzberg, McClelland dan Vroom, sebagai sumber motivasi dalam rangka meningkatkan
semangat mengajarnya. Namun yang paling penting bagi seorang guru adalah
motivasi yang dimulai dari dalam dirinya sendiri ( motivasi instrinsik ),
sesuai dengan pendapat
G.R Terry dalam Winardi (1971:67), bahwa “Motivasi yang paling
berhasil adalah pengarahan diri sendiri oleh pekerja yang bersangkutan.
Keinginan atau dorongan tersebut harus datang dari individu itu sendiri dan
bukanlah dari orang lain dalam bentuk kekuatan dari luar”. Oleh Karena itu motivasi
yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah motivasi berprestasi karena
motivasi ini
berkaitan erat dengan tercapainya tujuan pendidikan.Paul dan Blanchard (1996:276) mengemukakam, motivasi orang tergantung pada kekuatan motifnya. Motif yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kebutuhan, keinginan, dorongan atau gerak hati dalam diri
individu. Smith and Cinny mengemukakan motivasi berprestasi merupakan hasil
interaksi usaha, kepuasan, dan ganjaran untuk mencapai tujuan. Sedang Davis &
Newstroom (2000: 88), motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri
orang-orang untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan untuk mencapai tujuan. Robert Glasgow dalam
Davis & Newstroom (2000 :88) menyatakan bahwa orang yang memiliki motivasi berprestasi memiliki dorongan untuk berkembang
dan tumbuh, serta ingin berhasil. Karakteristik pegawai yang berorientasi
prestasi, mereka bekerja keras apabila mereka memandang pekerjaan akan memperoleh kebanggaan pribadi atas upaya mereka, apabila hanya terdapat
sedikit resikogagal,
dan apabila mereka mendapat balikan spesifik tentang prestasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar